Sumber oksigen dalam perairan dapat
diperoleh dari hasil proses fotosintesis phytoplankton atau tumbuhan hijau dan
proses difusi dari udara, serta hasil proses kimiawi dari reaksi-reaksi
oksidasi. Keberadaan oksigen di perairan biasanya diukur dalam jumlah oksigen
terlarut (dissolved oxygen) yaitu jumlah miligram gas oksigen yang terlarut
dalam satu liter air.
Pada ekosistem perairan, keberadaan oksigen sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain distribusi temperatur, keberadaan
produser autotrop yang mampu melakukan fotosintesis, serta proses difusi
oksigen dari udara. Di perairan umumnya oksigen memiliki distribusi yang tidak
merata secara vertikal . Distribusi ini berkaitan dengan kelarutan oksigen yang
dipengaruhi oleh temperatur perairan. Kelarutan oksigen bertambah seiring
dengan penurunan temperatur perairan, walaupun hubungan ini tidak selamanya
berjalan secara linier.
Tabel 1. Hubungan
antara temperatur dan kelarutan oksigen di perairan
Suhu
|
Kelarutan
oksigen (mg/L)
|
0
4
8
12
16
20
24
30
|
14.6
13.1 11.9 10.8 10.0 9.2 8.5 7.6 |
Sumber :Chanlett (1979)
Penurunan kualitas air akibat pencemaran dapat dilihat dengan
mengamati beberapa parameter kimia, seperti oksigen terlarut. Kadar oksigen
terlarut dalam suatu perairan diperlukan oleh organisme untuk pernafasan dan
oksidasi bahan-bahan organik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal
dari suatu difusi udara dan hasil
fotosintesis
organisme yang hidup di dalam perairan tersebut. Kecepatan difusi oksigen dari
udara tergantung dari beberapa faktor, seperti kekeruhan air, suhu, salinitas,
pergerakan massa air dan udara seperti arus, gelombang dan pasang surut. Kadar
oksigen dalam air laut akan bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan
berkurang dengan semakin tingginya salinitas.
Di lapisan permukaan kadar oksigen relatif lebih tinggi
karena adanya proses difusi antara air dengan udara serta adanya proses
fotosintesis. Dengan bertambahnya kedalaman akan terjadi penurunan kadar
oksigen terlarut karena proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen
yang ada banyak digunakan untuk bernafas dan oksidasi bahan-bahan organik.
Fenomena perubahan alam di lautan semakin mengkhawatirkan
akan ancaman perubahan iklim. Baru-baru ini ilmuwan mengumumkan terjadinya
penurunan kadar oksigen perairan asin Bumi, terutama di wilayah pesisir pantai
Pasifik barat laut Amerika Serikat.
Menurut para ilmuwan, ini merupakan satu pertanda
perubahan-perubahan mendasar terkait dengan perubahan iklim global. Mereka
memperingatkan bahwa ekosistem bawah laut yang komplek dan berkaitan dengan
mata rantai makanan di lautan bisa terganggu.
Pada beberapa titik perairan di wilayah Washington dan
Oregon, menunjukkan penurunan kadar oksigen yang telah menyebabkan tumpukan
bangkai kepiting Dungeness di lantai samudra, menewaskan bintang laut berusia
25 tahun lumpuhnya koloni anemon laut dan terjadinya hamparan tikar bakteri
yang berpotensi mengancam biota laut.
Wilayah hipoksia atau kondisi rendah oksigen memang sudah
lama ada di perairan dalam samudra. Area ini terdapat di Pasifik, Atlantik, dan
Samudra Hindia. Namun kini areanya semakin meluas dan menyebar.
Perluasan penipisan oksigen itu terjadi secara dramatis.
Seperti di lepas pantai California Selatan, kadar oksigennya menurun sekitar
20% selama 25 tahun terakhir.
Sumber :
Anonim.2008.Penurunan Kadar Oksigen Laut
Mulai Meluas. http://www.medantalk.com/penurunan-kadar-oksigen-laut-mulai-meluas/.
Diakses
pada tanggal 14 maret 2012 pukul 17.45 WIB.
Thorik.2009.http://thorik.staff.uii.ac.id/2009/08/23/hubungan-antara-total-suspended-solid-dengan-turbidity-dan-dissolved-oxygen/.Diakses pada tanggal 14
maret 2012 pukul 17.45 WIB.
Anonim.2006.http://www.artikelkimia.info/bahan-organik-dalam-air-laut-05491116102011.
Diakses
pada tanggal 14 maret 2012 pukul 17.50 WIB.
Selanjutnya mengenai karbondioksida,
silahkan kunjungi website dibawah ini
http://bahankuliah-tha.blogspot.com/2012/03/karbon-dioksida_21.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar